MBS merupakan model aplikasi manajemen
institusional yang mengintegrasikan seluruh sumber internal dan
eksternal dengan lebih menekankan pada pentingnya menetapkan kebijakan
melalui perluasan otonomi sekolah. Sasarannya adalah mengarahkan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan dalam rangka mencapai
tujuan. Spesifikasinya berkenaan dengan visi, misi, dan tujuan yang
dikemas dalam pengembangan kebijakan dan perencanaan (Wikipedia, 2009)
MBS juga merupakan salah satu model
manajemen strategik. Hal ini berarti meningkatkan pencapaian tujuan
melalui pengerahan sumber daya internal dan eksternal. Menurut Thomas
Wheelen dan J. David Hunger (1995), empat langkah utama dalam menerapkan
perencanaan strategik yaitu (1) memindai lingkungan internal dan eksternal (2) merumuskan strategi yang meliputi perumusan visi-misi, tujuan organisasi, strategi, dan kebijakan (3) implementasi strategi meliputi penyusunan progaram, penyusunan anggaran, dan penetapan prosedur (4) mengontrol dan mengevaluasi kinerja.
MBS merupakan salah satu strategik
meningkatkan keunggulan sekolah dalam mencapai tujuan melalui usaha
mengintegrasikan seluruh kekuatan internal dan eksternal.
Pengintegrasian sumber daya dilakukan sejak tahap perencanaan,
pelaksanaan sampai pada evaluasi atau kontrol. Strategi penerapannya
dikembangkan dengan didasari asas keterbukaan informasi atau
transparansi, meningkatkan partisipasi, kolaborasi, dan akuntabilitas.
Tantangan praktisnya adalah bagaimana
sekolah meningkatkan efektivitas kinerja secara kolaboratif melalui
pembagian tugas yang jelas antara sekolah dan orang tua siswa yang
didukung dengan sistem distribusi informasi, menghimpun informasi dan
memilih banyak alternatif gagasan dari banyak pihak untuk mengembangkan
mutu kebijakan melalui keputusan bersama. Pelaksanaannya selalu
berlandaskan usaha meningkatkan partisipasi dan kolaborasi pada
perencanaan, pelaksanaan kegiatan sehari-hari, meningkatkan penjaminan
mutu sehingga pelayanan sekolah dapat memenuhi kepuasan konsumen.
Dalam menunjang keberhasilannya, MBS
memerlukan banyak waktu dan tenaga yang diperlukan pihak eksternal untuk
terlibat dalam banyak aktivitas sekolah. Hal ini menjadi salah satu
kendala. Tingkat pemahaman orang tua tentang bagaimana seharusnya
berperan juga menjadi kendala lain sehingga partisipasi dan kolaborasi
orang tua sulit diwujudkan. Karena itu, pada tahap awal penerapan MBS di
Indonesia lebih berkonsentrasi pada bagaimana orang tua berpartisipasi
secara finansial dibandingkan pada aspek eduktif.
Tujuan Penerapan MBSMBS bertujuan untuk meningkatkan keunggulan sekolah melalui pengambilan keputusan bersama. Fokus kajiannya adalah bagaimana memberikan pelayanan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, memenuhi kriteria yang sesuai dengan harapan orang tua siswa serta harapan sekolah dalam membangun keunggulan kompetitif dengan sekolah sejenis.
Tujuan SMA adalah melayani siswa agar dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dan dapat memenuhi syarat kompetensi untuk dapat hidup mandiri. Siswa memiliki kompetensi sehingga dapat hidup dengan mangandalkan potensi dirinya secara kompetitif. Mutu sekolah ditentukan oleh seberapa besar daya sekolah untuk mewujudkan mutu lulusan sesuai dengan syarat yang ditentukan bersama. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Edward Sallis bahwa mutu adalah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.
Kejelasan tujuan merupakan prasyarat efektifnya sekolah. Kriteria mutu yang digambarkan dengan sejumlah kriteria pencapaian tujuan dengan indikator yang jelas menjadi bagian penting yang perlu sekolah rumuskan.
Keuntungan dengan memperjelas indikator dan kriteria mutu pada pencaian tujuan akan memandu sekolah memformulasikan strategi, mengimplementasikan strategi dan mengukur pencapaian kinerja.
Tujuan MBS adalah meningkatkan mutu keputusan untuk mencapai tujuan. Oleh karena, dalam pelaksanaan MBS memerlukan tujuan yang hendak dicapai secara jelas, jelas indikatornya, jelas kriteria pencapaiannya agar keputusan lebih terarah.
Lebih dari itu dengan proses pengambilan keputusan bersama harus sesuai dengan kepentingan siswa belajar. Dilihat dari sisi standardisasi, maka penerapan MBS berarti meningkatkan standar kinerja belajar siswa melalu pengambilan keputusan bersama, meningkatkan partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, dan meningkatkan kontrol dan evaluasi agar lebih akuntabel. Menyepakati profil hasil belajar yang diharapkan bersama merupakan dasar penting dalam melaksanakan MBS.
Partisipasi seluruh pemangku kepentingan berarti meningkatkan daya dukung bersama untuk meningkatkan mutu lulusan melalui peningkatan mutu pelayanan belajar dengan standar yang sesuai dengan harapan orang tua siswa yang ditetapkan menjadi target sekolah.
Manfaat Memiliki Tujuan Yang Jelas
Keuntungan dengan memperjelas indikator dan kriteria mutu pada pencapaian tujuan akan memandu sekolah memformulasikan strategi, mengimplementasikan strategi dan mengukur pencapaian kinerja.
Tujuan MBS adalah mengambil keputusan
bersama untuk memperjelas tujuan, indikator, dan kriteria mutu yang
ditetapkan sehingga memiliki keunggulan yang kompetitif karena
keputusan akan sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi dan prestasi
siswa pada tingkat satuan pendidikan.
Dengan demikian partisipasi orang tua
siswa dalam bentuk biaya merupakan bagian dari peningkatan standar mutu
pengelolaan sekolah, yang lebih penting dari itu ialah bagaimana orang
tua berperan dalam meningkatkan potensi peserta didik agar menjadi
lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan harapan bersama.
Peta Keunggulan dan Pencitraan Sekolah
Thomas Sergiovanni dan Martin Burlingame
(1997) mengembangkan model keunggulan sekolah dalam peta yang memiliki
empat dimensi, yaitu dimensi pemerataan dan kunggulan dan efisensi
dengan kebebasan. Peta persilangannya menghasilkan karater keungulan
yang berbeda seperti di bawah ini.
Keunggulan
|
|||
Efisiensi |
|
|
Kebebasan |
|
|
||
Pemerataan Akses
|
Pengembangan sekolah yang memiliki potensi besar adalah mendapatkan kebebasan untuk berkreasi. Sebaliknya semakin terbatas sumber daya di sekolah semakin ketat menerapkan efisiensi. Sekali pun begitu efektivitas dan akuntabilitas sumber daya menjadi bahan pertimbangan lain yang menyebabkan kebebasan itu menjadi bukan tanpa batas.
Memadukan keunggulan dan efisiensi melahirkan model sekolah yang birokratis-elitis, perpaduan keunggulan dan kebebasan melahirkan tipe desentralisasi elitis, kebebasan dengan pemerataan akses melahirkan model sekolah yang medukung nilai persamaan-liberal, dan efisiensi dengan pemerataan melahirkan birokratis-liberal.
Pada beberapa daerah pengembangan
pendidikan yang semakin dibatasi dalam memperoleh anggaran dari
masyarakat menghasilkan model pengelolaan yang bertipe birokratis
liberal dengan sifat pengelolaan sekolah harus tunduk pada kebebasan
para pengambil kebijakan politis yang mengejar citra populis.
Indikator Mutu LulusanMutu pendidikan Indonesia menetapkan indikator utama beriman-bertaqwa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab sebagai kompetensi utama manusia Indonesia. Potensi itu diarahkan untuk mendukung daya saing siswa sehingga (1) lulus UN (2) memiliki daya saing dalam memperebutkan daya saing masuk perguruan tinggi bermutu internasional (2) memiliki daya saing dalam lomba akademik taraf nasional maupun internasional (3) berkolaborasi pada taraf internasional.
Keunggulan siswa juga ditentukan oleh prestasinya dalam menguasai kompetensi pada seluruh mata pelajaran sesuai kurikulum, penguasaan bahasa Inggris dan teknologi informasi dan komunikasi.
Bagaimana Menerapkan MBS?
Penerapan MBS sebagai salah satu model manajemen strategik dalam sistem pengelolaan pendidikan dengan tujuan untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan yang berstandar maka terdapat beberapa langkah strategis yang perlu sekolah lakukan:
- Merumuskan dan menyepakati standar lulusan yang diharapkan bersama dengan indikator dan target yang jelas yang merujuk pada standar nasional pendidikan.
- Menetapkan strategi yang akan sekolah terapkan untuk menghasilkan lulusan yang diharapkan dan relevansinya dengan peningkatan kebutuhan kurikulum, kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dan pembiayaan.
- Meningkatan daya dukung informasi dengan cara memindai kekuatan, kelemahan lingkungan internal serta memindai peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Penyediaan informasi yang tepat dan terpercaya merupakan bagian penting dalam menunjang sukses pengambilan keputusan.
- Meningkatkan efektivitas komunikasi pihak internal dan eksternal sekolah dalam upaya meningkatkan pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta dalam membangun dan mengembangkan kerja sama memberikan pelayanan pendidikan secara optimal kepada siswa.
- Meningkatkan daya kolaborasi sekolah dalam menerapkan keputusan bersama ini sebagai bagian dari upaya melibatkan seluruh warga sekolah agar memiliki daya partisipasi yang kuat untuk mengubah kebijakan menjadi aksi.
- Melaksanakan kegiatan sesuai dengan program sesuai dengan standar, melaksanakan anggaran sesuai dengan yang disepakati, memanfaatkan seluruh sumber daya secara efektif dan efisien, dan memastikan bahwa seluruh tahap kegiatan yang dilaksanakan seusai dengan rencana.
- Sekolah memastikan bahwa proses penyelenggaraan sekolah mengarah pada tercapainya tujuan dengan indikator dan target yang telah ditetapkan bersama. Sekolah juga melakukan studi bersama yang melibatkan seluruh unsur yang bertanggung jawab untuk meningkatkan penjaminan bahwa penyelenggaraan sekolah mencapai target yang diharapkan. Fokus utama penjaminan mutu adalah terselenggaranya pembelajaran dan pengelolaan secara efektif.
- Melaksanakan kontrol sesuai dengan hasil kesepakatan bersama dan mengolah hasil evaluasi sebagai bahan perbaikan selanjutnya.
- Mendeskripsikan lulusan dengan indikator yang jelas yang diikuti dengan indentifikasi kebutuhan kurikulum, kompetensi pendidik, sarana, biaya, dan sistem pengelolaan.
- Meningkatkan keberdayaan sekolah dalam mengembangkan sistem informasi sebagai bahan pengambilan keputusan.
- Menyediakan infomasi yang perlu dipahami oleh seluruh anggota komunitas agar tiap orang dipastikan dapat melaksanakan tugasnya secara optimal.
- Meningkatkan kegiatan sosialisasi program sehingga semua pihak dipastikan mendapatkan informasi secara transparan dan akuntabel.
- Meningkatkan kekerapan dan kedalaman komunikasi baik secara langsung maupun komunikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
- Mengembangkan tim pengembang mutu yang akan mengimplementasikan kegiatan yang melibatkan pihak internal dan eksternal.
- Mempersiapkan instrumen pengukuran pencapaian kinerja baik terhadap proses maupun hasil dengan indikator yang transparan sehingga semua pihak memahami betul ukuran keberhasilan yang disepakati.
- Melaksanakan pertemuan mengembangakan rencana kegiatan, evaluasi kegiatan, dan evaluasi hasil.
- Menyusun pertanggung jawaban program secara transparan dan akuntabel.
- Melakukan perbaikan berkelanjutan.
Referensi :
- Wikipedia.
- Thomas Sergiovanni dan Martin Burlingame. 1987. Educational Governance and Administration. 2nd Ed. Prentice-Hall. New Jersey.
- Edward Sallis,
- Thomas Wheelen dan J. David Hunger.1995. Essential of Strategic Management. Prentice-Hall. New Jersey.
- Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
Sumber: http://gurupembaharu.com/home/?p=1212
Tidak ada komentar:
Posting Komentar